"Tsunami Tak Akan Surutkan Wisata Mentawai"

Kawasan wisata di Kepulauan Mentawai ikut porak-poranda dihantam gelombang tsunami pasca gempa 7,2 Skala Richter, Senin, 25 Oktober 2010. Resor yang diklaim paling digemari peselancar asing, Macaroni, hancur diterjang gelombang.

Daerah kepulauan terluar di wilayah Sumatera Barat yang memiliki lebih dari 100 spot gelombang untuk olahraga surving ini terancam goyah. Namun, pelaku usaha wisata bahari di Sumbar mengaku otpimistis peluang Mentawai tetap besar pasca tsunami.

Mentawai secara administrasi menjadi kabupaten sendiri, terpisah dari kabupaten induk Padang Pariaman, sejak tahun 1999 lalu. Pasca menjadi kabupaten, pembangunan infrastruktur belum berjalan maksimal.

Namun, keindahan ombak Mentawai lebih tersohor ke mancanegara dan berbanding terbalik dengan kondisi infrastruktur di sana. Tahun 2002 dan 2003, Mentawai menjadi tuan rumah penyelenggaraan world srufing championship yang disponsori Ocean Pacific.

Mentawai menjadi tuan rumah final seri kejuaraan dunia surfing yang diikuti peselancar nomor wahid dunia. Tahun depan, kegiatan serupa juga direncanakan akan digelar di Mentawai. Namun, tsunami terlebih dahulu menghajar kawasan ini.

“Ini rencana kami beberapa tahun lalu. Pihak sponsor surfing kelas dunia sudah bersedia mendanai ini semua. Tapi, kurang etis rasanya untuk menggelar even seperti ini di saat Mentawai dalam keadaan sekarang,” ujar Ketua Asosiasi Kapal Selancar Sumatera Barat (AKSSB) Aim Zain pada VIVAnews.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Sumatera Barat Bidang Wisata ini mengatakan, Mentawai tetap akan bangkit karena pencinta surfing dunia telah mengenal kawasan tersebut. Sepanjang musim surfing di Mentawai, sekitar 5.000 penggiat olahraga ekstrem ini berdatangan ke Mentawai.

Dengan karakteristik gelombang beragam, Mentawai diklaim sebagai kawasan yang memiliki kompleksitas ombak. Uniknya, para peselancar ini tidak hanya bermain pada satu titik, namun lebih dari 100 titik surfing bisa dijumpai di sana.

Kondisi ini yang membuat kalangan peselancar dunia menggemari ombak Mentawai. Uniknya, kondisi seperti ini terjadi sepanjang delapan bulan dalam setahun. “Mulai dari akhir bulan Maret hingga awal November menjadi bulan wisata para pencinta surfing di Mentawai,” ujar Aim.

Tak sedikit keuntungan dari menjual keindahan ombak Mentawai. AKSSB sendiri mengorganisir sekitar 25 unit kapal pesiar untuk mengangkut para peselancar. Kapal pesiar ini terbagi dalam tiga kelas mulai dari mewah hingga ekonomi.

Indies Trader IV menjadi salah satu kapal super mewah yang melayani para peselancar asing ini mengunjungi Mentawai. Tarif-tarif kapal peselancar ini mulai dari Rp200 juta untuk kelas ekonomi hingga Rp500 juta lebih bagi kelas satu.

Tarif tersebut untuk satu paket perjalanan yang mengangkut 10 hingga 15 turis bermalam di resor-resor di Mentawai selama dua pekan. Semua kebutuhan para wisman ini disediakan di kapal. “Dalam semusim kita memberikan retribusi pada Pemda Mentawai sekitar satu setengah miliar rupiah dari Rp30.000 pungutan pada para peselancar,” katanya.

Optimistis Bangkit

Tsunami telah menghantam kawasan pantai barat Pagai dan Sipora Selatan. Selain menghancurkan Macaroni Resor, tsunami juga menjadi catatan gelap yang memberikan ketakutan bagi masyarakat di sana. Bagaimana tanggapan para pelaku bisnis wisata di Mentawai soal peluang Mentawai ke depan?

"Peluangnya tetap bagus. Ini terbukti, tidak banyak dari wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Mentawai. Kapal-kapal kami tetap jalan,” ujar Aim Zein. Pencinta olahraga surfing memiliki karakteristik berbeda dibanding turis pada umumnya.

Bencana ini justru tidak menghambat minat mereka untuk datang ke Mentawai. Seperti yang diungkapkan Anom Suheri, pengelola Kandui Resor. Menurutnya, babak awal pasca tsunami di Mentawai akan berdampak pada tingkat kunjungan.

Namun, hal itu tidak akan berlangsung dalam waktu lama karena daya tarik bahari di sana sudah dikenal pencinta surfing. “Dalam waktu dekat pasti ada perubahan kunjungan. Sebagai bentuk shock awal usai tsunami,” ujar Anom Suheri, Rabu, 3 November 2010.

Kondisi ini, dinilai Anom, belum berakhir di Mentawai. Bayangan gempa megathrust di perairan Siberut masih dianggap sebagai ancaman lain yang berdampak pada pariwisata setempat. Perkiraan sejumlah ahli geologi ini telah membayangi Mentawai sejak beberapa tahun lalu.

Hanya saja, ujar Anom, tidak ada penurunan jumlah pasca seringnya informasi tersebut dimuat media massa. “Turis yang ke Mentawai ini pencinta olahraga ekstrem, jadi mereka tidak takut. Tapi mereka berpikiran tidak mungkin bersenang-senang saat ini ketika Mentawai masih dalam berduka,” kata dia.

Ia optimistis, Mentawai akan tetap memiliki prospek bagus di kalangan wisatawan mancanegara. Menurutnya, pihak pengelola wisata mesti lebih peduli dengan keselamatan para wisatawan dengan membuat sistem safety prosedur yang ketat.

Menurutnya, konsep ini wajib diterapkan sehingga memberikan rasa aman bagi peselancar. “Mentawai memiliki lebih dari 100 spot untuk berselancar dengan karakteristik berbeda-beda. Ini jauh berbeda dengan Hawai yang hanya terkenal dengan ombak tingginya,” kata dia.

Di Mentawai, peselancar bisa menjumpai ombak dengan karakteristik yang kontinu dengan jarak tempuh hingga 500 meter. “Bahkan Mentawai masih menyimpan sejumlah spot yang masih dirahasiakan peselancar,” kata Anom.

Ia memprediksi, pasca tsunami, diperkirakan sejumla spot surfing akan hilang karena terangkatnya sejumlah permukaan pulau akibat gempa. Namun, spot-spot baru diyakini akan bermunculan dengan keunikan yang berbeda.

Laporan Eri Naldi | Padang

http://www.vivanews.com

0 komentar:

Posting Komentar

Untuk umum, Beri Komentar Sebagai : Anonymous atau Name/URL

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
free web site traffic and promotion