BBM Resmi Sambangi iOS dan Android, Begini Caranya!

http://images.detik.com/content/2013/09/19/1146/BBM04.jpg
Foto: detikINET


BlackBerry akhirnya mengumumkan secara resmi jadwal kehadiran BlackBerry Messenger (BBM) di iOS dan Android, di Jakarta. Jadi, BBM pun kini resmi menyambangi iOS dan Android dan tentunya Gratis.

Seperti ditegaskan oleh Yolanda Nainggolan, PR Manager BlackBerry Indonesia, BBM bisa di-download tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun alias gratis. Namun sayangnya, hanya pengguna ponsel tertentu saja yang bisa menikmatinya.

"Kami tegaskan, BBM di iOS dan Android itu gratis. Tak perlu beli atau bayar. Namun, yang bisa download cuma pengguna smartphone Android versi 4.0 ke atas, juga iPhone dengan iOS 6 atau 7 saja. Tablet maupun Windows Phone belum bisa," jelasnya seperti dikutip ANASILINDO dari laman detikINET di the Foundry, Jakarta, Kamis (19/9/2013).

Yolanda pun menjelaskan secara detail tentang bagaimana mendapatkan aplikasi tersebut, hingga mengoperasikannya nanti. Pengguna Android maupun iPhone dengan spesifikasi minimal yang tadi disebut, bisa mengunjungi situs www.bbm.com.

"Dari situ, bbm.com akan mendeteksi apakah perangkat yang digunakan sudah terinstalasi atau belum, mendukung atau tidak. Nah, kalau belum, nanti akan diarahkan ke Google Play atau ke App Store untuk download aplikasinya. Kami sarankan downloadnya menggunakan Wifi," urainya.

Setelah berhasil didownload, pengguna diharuskan untuk registrasi atau sign up terlebih dulu untuk membuat akun BlackBerry ID dengan cara memasukkan akun email. Yolanda juga menjelaskan, satu akun BlackBerry ID ini hanya untuk satu handset saja.

"Sebab, jika akun BlackBerry ID ini masih digunakan di handset lain, misalnya di ponsel BlackBerry, otomatis data kontak yang ada di handset BlackBerry akan berpindah ke handset yang terdaftar baru ini, ya ke Android atau iPhone," kata Yolanda.

Setelah sign up BlackBerry ID, pengguna iPhone maupun Android akan mendapatkan PIN unik layaknya PIN BlackBerry. "Karena pengguna BBM akan menggunakan PIN, bukan nomor telepon seluler atau alamat email. Jadi lebih private dan kita selalu bisa mengontrol orang yang ada di kontak list kita," jelasnya lebih lanjut.

Setelah BBM aktif, maka pengguna aplikasi ini sudah bisa melakukan segala aktivitas layaknya pengguna BlackBerry OS pada umumnya. Untuk invite kontak pengguna BBM lainnya, caranya juga sama,

"Untuk invite teman, caranya sama persis dengan pengguna BlackBerry biasa. Bisa dengan invite PIN, scanning barcode, invite pakai akun email, juga bisa lewat SMS," katanya.

Pengguna BBM di iPhone dan Android juga bisa menikmati fitur-fitur yang ada, semisal BBM chat, BBM group, BBM broadcast message. Ke depannya, fitur BBM Channel juga akan merambah masuk untuk memonetisasi layanan ini.

"Sekarang masih belum ada (monetisasi), masih chat dan group saja, persis seperti yang di BB OS. Semua masih free dan belum ada yang berbayar. Nanti untuk monetisasinya, akan ada pengumuman lagi setelah ada perkembangan lebih lanjut," pungkas Yolanda.

Ini Dia Lagu 29 My Age Yeaaah Vicky Prasetyo

Ini dia Video berjudul 29 My Age Yeaaah yang digarap Eka Gustiwana berdasarkan video wawancara dan video kampanye Vicky Prasetya dari situs YouTube. Di dalamnya Eka menonjolkan beberapa kosakata khas Vicky seperti labil ekonomi, harmonitisasi, kudeta keinginan untuk dijadikan lirik lagu. cekidot!


Karya terbarunya ini ia unggah di YouTube, Sabtu (14/09) dan telah ditonton sebanyak 2.700 kali sejak pertama kali diunggah. Video ini pun makin menegaskan bahwa Eka akan mengeluarkan lagu baru bersamaan dengan isu yang sedang hangat di dunia hiburan. Siapa ya berikutnya?

Kutipan

Ini Dia Perbedaan Fotografer Pro Dengan Amatir

Ilustrasi Fotografer
Secara umum, seorang amatir diartikan sebagai orang yang mencintai fotografi dan tidak menghasilkan uang dari kegiatan tersebut. Sedangkan seorang fotografer pro adalah seorang fotografer yang menghasilkan uang dari fotografi. Definisi diatas agak janggal karena hanya melihat dari sisi luarnya saja. Sesuai definisi diatas, banyak fotografer pro memiliki hasil karya yang dibawah standar. Di lain pihak, banyak yang masuk definisi fotografer amatir tapi memiliki karya yang jauh lebih bagus dan konsisten. Bukannya agak aneh memberikan gelar “pro” kepada tukang foto keliling dan “amatir” kepada fotografer yang menghasilkan karya yang spektakuler tapi tidak menjual jasa/karyanya?

Maka itu, menurut saya perlu ada redefinisi istilah amatir dan fotografer pro supaya lebih sesuai. Definisi pro dan amatir seharusnya tidak berdasarkan masalah uang semata. Menurut yang saya amati, fotografer pro dan amatir memiliki perbedaan yang kontras dalam cara pikir dan kebiasaan mereka. Ciri-ciri dibawah ini tidak hanya berlaku dibidang fotografi saja tapi juga dibidang pekerjaan lainnya.

Pro bekerja dengan konsentrasi tinggi dan cenderung menjelajahi sesuatu secara mendalam, sedangkan amatir mudah teralihkan perhatiannya dan biasanya mempelajari sesuatu hanya sebatas di permukaan saja. Misalnya, profesional giat belajar dan konsisten dalam berlatih. 

Sedangkan amatir berlatih kalau hanya suasana hatinya lagi bagus saja. Saat pro berlatih di studio, amatir sibuk dengan bb, twitter dan facebooknya. Sewaktu praktik juga sering tidak serius. Jika pergi ke suatu tempat, Pro akan menjelajah lebih lama tentang tempat itu, mencari tahu apa keunikan dan karakter suatu tempat. Kalau perlu nungguin dari pagi sampai malam untuk mendapatkan cahaya yang paling sesuai dengan imajinasinya. Jika bertemu seseorang, fotografer pro akan mencoba mengenal dan menggali lebih dalam tentang orang tersebut. Sedangkan amatir akan sekedar jeprat-jepret lalu kembali naik ke mobil. Profesional tahu apa yg harus dikerjakan dan jalan mana yang harus ditempuh. Jalan tersebut kecil dan terjal, tapi jelas dan tidak bercabang. Sedangkan amatir senantiasa terpengaruh dengan jalan yang bercabang-cabang dengan tujuan yang tidak jelas.

Amatir sangat membutuhkan pengakuan dari kelompok/gangnya. Maka itu banyak amatir yang menempelkan watermark yang berisi kata-kata yang dianggap keren seperti “Blablabla Photoworks” dan kemudian sibuk mentag orang-orang yang berada di jejaring sosial dengan agresif. Kalau dapat banyak “like” atau komentar yang bagus rasanya tubuh jadi ringan, rasanya seperti melayang. Masalahnya, “like” di Facebook kebanyakan itu sebagai bentuk dukungan teman saja tapi belum berarti karyanya bagus. Ironisnya, amatir juga takut hasil fotonya terlalu bagus. Jika fotonya terlalu menonjol dari yang lainnya, kemungkinan besar akan dikritik dan dikucilkan oleh “geng”-nya.

Mungkin salah satu hal yg paling membedakan antara pro dan amatir adalah amatir suka mencari jalan pintas sedangkan pro siap menjalani jalan yang sulit dan panjang untuk mencapai impiannya. Salah satu contohnya, amatir biasanya mencoba mengatasi masalah mereka dengan membeli kamera dan lensa baru. Harapannya mainan baru tersebut dapat mengatasi kekurangan teknik dan seni mereka dengan cepat. Saat mengajak mengikuti kursus fotografi, kadang-kadang saya mendapatkan komentar “kok mahal?”, jawaban semacam ini yg selalu mengagetkan saya karena saya tahu peralatan fotografi mereka rata-rata tidak kurang dari sepuluh juta, belum lagi aksesorisnya. Biaya kursus (di Infofotografi) dibawah 10 persen dari harga kameranya. Di lain pihak, pro menyadari peralatan yang sesuai saja tidak cukup, seni dan teknik lebih penting untuk terus dipelajari dan diasah. Amatir yang ingin menjadi pro terus menerus belajar dan praktik yang konsisten.

Tidak mudah menjadi pro, karena pasti akan banyak kritik dan rintangan. Seringkali rintangan itu dari diri sendiri. Mungkin kita sudah merasa puas diri dan nyaman dengan kehidupan sebagai amatir, dan itu wajar saja. Tidak jarang juga amatir menyalahkan orang lain atau suasana misalnya keluarga, teman, bos yang tidak mendukung hobi kita. Amatir biasanya mundur dari hobinya kalau bertemu rintangan-rintangan, kalau pro lanjut terus, malah menularin orang-orang yang tadinya tidak mendukung he he he.. Berita baiknya, menjadi pro itu gratis. Kita hanya perlu mengubah pandangan kita dan kebiasaan kita. Keputusan menjadi pro itu imbalannya besar. Kita bisa menggapai impian dan melakukan apa yang benar-benar kita cintai.

Pro:
  • Berkonsentrasi tinggi, rutin praktik
  • Mementingkan kedalaman suatu foto/cerita.
  • Konsisten menghasilkan karya yang baik
  • Siap dan bersedia untuk menempuh jalan yang sulit dengan tujuan mendapatkan hasil foto yang bagus
  • Mendapatkan banyak rintangan tapi tidak cepat mundur dan putus asa
Amatir:
  • Sering teralihkan perhatiannya (distracted), hasil foto tidak konsisten dan biasanya tergantung mood
  • Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil karyanya
  • Takut fotonya kurang bagus/kurang diterima, takut terlalu bagus sehingga dikritik atau dikucilkan
  • Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah satunya dengan membeli alat fotografi yang mahal
  • Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan berhenti
sumber

Mengenal Mode Kamera DSLR

http://images.detik.com/content/2013/07/31/1279/modekameradalem.jpg
Ilustrasi Mode SLR
AUTO = Mode otomatis
Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting kamera. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan lampu kilat untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.

Mode automatis praktis digunakan, tapi kita tidak leluasa mengatur setting-setting kamera, maka itu kita tidak dapat berkreasi secara optimal. Karena itulah mode ini hanya ditujukan oleh pengguna yang awam terhadap fotografi. Di beberapa kamera canggih dan profesional, mode ini tidak ada.

P = Program Mode
Seperti mode otomatis, kamera akan menentukan setting aperture, shutter speed secara otomatis. Bedanya dengan mode auto adalah, Anda bisa mengubah nilai kombinasi bukaan dan shutter speed. Di mode ini, kamera tidak akan menyalakan lampu kilat meskipun kondisi lingkungan cukup gelap. Kita juga lebih leluasa memilih setting kamera lainnya, termasuk menentukan nilai ISO.

A / Av = Aperture priority
Di mode ini, kita menentukan besarnya bukaan lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan rana) yang sesuai.

Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya bisa menentukan ruang tajam. Contoh, bila saya sedang memotret foto portrait manusia, dan saya ingin latar belakangnya blur, maka saya akan mengunakan bukaan besar seperti f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto kelompok atau pemandangan, dan saya ingin semua yang berada dalam foto tajam/fokus, maka saya set bukaan kecil f/8 atau f/16.

Bukaan lensa juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan supaya lebih banyak cahaya masuk.

Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah jika cahaya lingkungan gelap, kamera terpaksa memilih shutter speed yang lambat. Hal ini dapat membuat foto menjadi blur karena kamera bergoyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO.

S /TV = Shutter priority
Di mode ini, kita menentukan nilai shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan lensa. Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak).

Kalau kita set shutter speed cepat seperti 1/500 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

Masalah yang sering timbul adalah kamera tidak menemukan setting bukaan yang pas. Jika itu terjadi, foto akan gelap atau terlalu terang. Jika kamera memberikan tanda-tanda seperti kedap-kedip, evaluasi lagi nilai shutter speed dan ISO yang digunakan.

M = Manual Exposure
Di mode ini, kita menentukan setting bukaan, shutter speed secara independen. Kita juga bisa menentukan ISO jika Auto ISO tidak aktif.

Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil foto dengan efek tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto bernuansa gelap (low-key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek.

Saya juga sering memakai mode manual ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap.

Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan tidak berubah-ubah. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai. Hasil foto akan konsisten pencahayaannya dan saya dapat memakai mode ini sepanjang pertandingan. mudah bukan?

SCENE
Scene modes adalah beberapa mode untuk membantu kamera memilih setting yang tepat sesuai dengan subjek yang difoto. Scene modes ditemukan di kamera pocket sampai DSLR kelas menengah.

Di kelas DSLR canggih, scene modes ditiadakan karena pengguna kamera DSLR canggih dianggap sudah bisa menyeting secara manual dan tidak membutuhkan scene modes lagi.

Scene modes populer bagi yang menyukai kepraktisan dan tidak mau pusing-pusing untuk menyeting kamera. Untuk mengetahui secara lengkap teknis masing-masing scene modes, kita bisa membacanya di buku manual kamera masing-masing.

UP DATE TERAKHIR

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
free web site traffic and promotion