Tingkat Nasional, Kelulusan Siswa SMA di Sumbar Meningkat
Tabel Rekapitulasi Kelulusan SMA di Sumbar |
Secara nasional, tercatat
8.851 siswa dinyatakan tidak lulus atau persentase kelulusan UN
menurun 0,02 persen dibandingkan tahun lalu. Lulusan terbaik
diraih pelajar asal Bali Ni Kadek Vani Apriyanti dari SMAN 4 Denpasar
dengan nilai rerata UN murni 99,87.
Beruntung, persentase kelulusan
siswa SLTA di Sumbar mengalami peningkatan 0,32 persen dibanding tahun
lalu. Jika tahun lalu kelulusan 99,40 persen, kini menembus angka 99,72
persen. Biarpun begitu, Ketua Panitia UN Sumbar Bustavidia mengatakan,
persentase tersebut dapat saja berubah mengingat belum mencakup seluruh
peserta UN di Sumbar.
“Artinya, masih ada sekolah
atau daerah belum memasukkan data-data seperti nilai sekolah. Bagi
sekolah yang belum lengkap ini, hasil nilai akhirnya belum dapat
diumumkan. Di-pending dulu sampai data-datanya lengkap,” ujar Bustavidia di ruangan kerjanya, kemarin (23/5).
Untuk jenjang SMA dan MA, total
peserta yang dapat diumumkan nilai akhirnya sebanyak 48.727 siswa.
Untuk jenjang SMK tercatat 19.318 siswa. Berdasarkan nilai rata-rata,
Padang paling tinggi persentase kelulusannya. “Lulusan terbaik dari
rata-rata tertinggi SMA I Padang,” ungkapnya.
Dari 9.173 siswa SMA atau MA di
Padang, hanya 8 siswa yang tidak lulus. Sedangkan jenjang SMK,
terdapat 3 siswa tidak lulus dari 4.299 peserta UN.
Terkait tata cara pengumuman,
kata Bustavidia, diserahkan sepenuhnya pada kabupaten/kota. Hanya,
dia mengimbau pemerintah kabupaten/kota mengumumkannya pada siang hari
untuk mengantisipasi konvoi siswa setelah lulus.
Evaluasi Kemendikbud
Sementara itu, Kemendikbud
masih menganalisis penyebab menurunnya tingkat kelulusan dibandingkan
tahun lalu, meski hanya 0,02 persen. Dugaan sementara, penurunan ini
dampak dari komposisi butir soal kategori sukar dari 10 persen menjadi
20 persen di setiap mata pelajaran.
Selain tingkat persentase
kelulusan UN menurun, Nuh juga mengatakan nilai rata-rata UN murni
untuk SMA dan MA tahun ini turun dibandingkan tahun lalu. Kemendikbud
mencatat tahun ini nilai rata-rata UN murni adalah 6,35 sedangkan tahun
lalu 7,57 (turun 1,22).
Nuh menyebutkan, ada dua skenario disiapkan untuk mengevaluasi UN. Yakni, menaikkan passing grade atau nilai ambang batas kelulusan dan menaikkan persentase butir soal kategori sukar. “Passing grade 5,5 seperti sekarang ini lazim dipakai di mana pun. Nilai itu sama dengan C,” jelas Nuh. Jika passing grade tidak diubah, Kemendikbud berpotensi besar memperbanyak jumlah soal kategori sukar.
Nuh memaparkan, jomplangnya
nilai rata-rata UN murni dengan nilai sekolah menunjukkan mayoritas
sekolah masih royal memberikan nilai kepada siswanya. Rerata nilai UN
murni didapat siswa secara nasional adalah 6,35. Dengan nilai terendah
0,33 dan tertinggi 9,87. Sedangkan rerata nilai sekolah adalah 8,40.
Dengan nilai terendah 4,00 dan tertinggi 9,99.
Menurut versi Kemendikbud,
hasil UN bisa membuat penilaian akhir siswa lebih objektif dibanding
hanya bersumber dari nilai sekolah saja. Dengan kondisi ini, Nuh masih
terlihat yakin tahun depan tetap ada UN lagi. “Jika PP 32/2013 (tentang
Standar Nasional Pendidikan, red) tetap seperti sekarang, UN tahun
depan ya tetap ada.”
Tahun lalu, provinsi dengan
tingkat ketidaklulusan tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Tetapi
tahun ini, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi paling buncit
urusan persentase kelulusan siswa. Di Provinsi NAD ada 1.754 siswa
(3,11 persen) yang tidak lulus UN.
Tingkat kelulusan terbaik
direbut Provinsi Jawa Barat, dari 208.060 siswa peserta UN hanya ada
satu orang (0,00.. persen) yang tidak lulus. Posisi selanjutnya adalah
Provinsi Jawa Timur, dari 220.642 peserta ujian ada 56 siswa tidak
lulus ujian (0,03 persen).
“Di 33 provinsi pergeseran
persentase tidak lulus wajar. Tidak ada melonjak atau menurun secara
signifikan,” ujar Nuh. Dengan kondisi itu, Nuh yakin kisruh UN SMA
pertengahan April lalu tidak berpengaruh terhadap hasil ujian.
Terutama di 11 provinsi yang UN-nya diundur beberapa hari karena
keterlambatan pencetakan naskah ujian.
Kepada siswa dinyatakan lulus, Nuh berpesan supaya tidak meluapkan rasa syukur secara belebihan.
Ketua KPAI Pusat Badriyah
Fayumi mengatakan, dalam penelitian, pencapaian akademik hanya
berpengaruh 30 persen dalam keberhasilan manusia. “Sisanya itu adalah
kecerdasan emosional. Karena itu, bagi yang tidak lulus, jangan
berlarut-larut kesedihannya,” ungkapnya.
Dia menilai, seorang anak
memiliki kecerdasan intelektual luar biasa namun tidak disertai
kecerdasan emosional, maka akan terjadi kegagalan. “Sangat pintar namun
pemarah, atau tidak dapat bergaul dengan orang lain, itu justru
masalah,” ujarnya saat ditanya pentingnya kecerdasan emosional anak.
Sejak awal KPAI memang kurang
setuju terhadap pelaksanaan UN sekarang. KPAI merasa UN tidak adil.
Sebab, tiga hari waktu UN dirasa kurang baik mengukur kemampuan dalam
proses belajar bertahun-tahun.
Parlemen Setujui Anggaran
Di tengah ingar-bingar
pengumuman kelulusan UN 2013 jenjang SMA sederajat, kabar baik
berhembus di Kemendikbud. Mereka mendapatkan informasi jika panitia
kerja (panja) kurikulum Komisi X DPR menyepakati anggaran yang diajukan
Kemendikbud senilai Rp 829,4 miliar.
Selama pembahasan, hanya Fraksi
PKS dan PPP yang getol menghadang pencairan anggaran kurikulum baru.
“Kalaupun ujungnya di panja masih alot dan harus voting, banyak yang setuju penggunaan anggaran kurikulum baru,” papar Nuh.
Di luar urusan anggaran, Nuh
mengatakan, banyak sekolah bukan sasaran penerapan kurikulum baru
meminta untuk menjalankan kurikulum itu. Ada dua poin yang harus
dipenuhi sekolah pemohon. Yakni, gurunya harus bersedia ikut
pelatihan kurikulum baru dan mampu mengadakan buku secara mandiri
(tidak masuk proyek Kemendikbud). (ek/cr1/jpnn)
BackLink
BackLink
0 komentar:
Posting Komentar
Untuk umum, Beri Komentar Sebagai : Anonymous atau Name/URL